Latar Belakang
            Sumenep atau dalam bahasa Madura Songennep, adalah salah satu kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur. Kabupaten ini terletak di ujung timur Pulau Madura, kondisi geografi wilayahnya terdiri dari daratan dan Kepulauan sebanyak 126 Pulau. Wilayah ini dulunya merupakan wilayah bagian kerajaan-kerajaan besar yang berpusat di Pulau Jawa, seperti: Kerajaan Singasari, Majapahit, Demak, serta Mataram. Sumenep saat ini merupakan salah satu destinasi tujuan wisata di Jawa Timur, Khususnya Madura. Akses menuju Sumenep begitu mudah, bisa dilalui baik menggunakan dengan kendaraan primadi maupun umum. Terlebih setelah diresmikannya Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Waktu tempuh untuk menuju daerah ini terasa begitu singkat dengan akses yang begitu mudah. kabupaten Sumenep yang area geografinya dikelilingi oleh beberapa selat dan lautan sering menjadi persinggahan kapal-kapal pesiar Internasional yang lewat.
            Objek wisata alamnya yang begitu indah, terutama Pantai Lombang dengan hutan cemara udangya dan Pantai Slopeng dengan bukit pasir putihnya nampak begitu mempesona. Selain itu para wisatawan juga dapat melakukakn wisata air dibeberapa wilayah kepulauan Sumenep, seperti : Pulau Mamburit, Sapudi, kangean, Raas dimana pemandangan lautnya yang beriaskan batu koral cantik dan ribuan ikan nemon begitu terasa menakjubkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Kerajaan Sumenep?
2.      Bagaimana Sejarah Kabupaten Sumenep?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah kerajaan Sumenep
2.      Untuk mengetahui sejarah kabupaten Sumenep

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Kerajaan Sumenep
      Sejarah Sumenep jaman dahulu diperintah oleh seorang Raja. Ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep. Dan, sekarang ini telah dipimpin oleh seorang Bupati. Ada 14 Bupati yang memerintah Kabupaten Sumenep.
      Mengingat sangat keringnya informasi/data yang otentik seperti prasati, pararaton, dan sebagainya mengenai Raja Sumenep maka tidak seluruh Raja-Raja tersebut kami ekspose satu persatu, kecuali hanya Raja-Raja yang menonjol saja popularitasnya.
      Pendekatan yang kami gunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan historis dan kultural, selain itu kami gunakan juga pendekatan ekonomis, psikologis dan edukatif.
1.    Jaman Pemerintah Kerajaan Arya Wiraraja
            Arya Wiraja dilatik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang sekaligus bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep. Selama dipimpin oleh Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep. Pria yang berasal dari desa Nangka Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan/kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat/pengatur strategi, analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang mengira Arya Wiraja adalah seorang dukun.
Adapun jasa-jasa Arya Wiraja:
a.       Mendirikan Majapahit bersama dengan Raden Wijaya.
b.      Menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa.
          Dalam usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari kemudian dipromosikan oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan oleh Raden Wijaya menjadi Rakyan Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang. Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Arya Bangah dan keratonnya pindah dari Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga. Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung. Dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari. Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu (Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-guluk).

2.    Pangeran Jokotole (Pangeran Secodiningrat III)
            Pangeran Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole da adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan diluar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi RA Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.
            Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badanya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri. Lewat kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
            Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengadi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setibanya dari Sumenep ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III. Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Dan kemudian kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 dan kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.

3.    Raden Ayu Tirtonegoro Dan Bindara Saod
            Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi supaya Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro.
            Terjadi peristiwa tragis pama masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih Kerajaan Sumenep waktu mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan membunuhnya. Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang namun tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap dalam ke tiang pendopo. Malah sebaliknya Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona. Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23. Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep menjadi dua golongan yang berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kyai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kerajaan Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang atau Bangkalan.

4.    Panembahan Somala
            Bindara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.
            Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menang sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.

5.    Sultan Abdurrachman Pakunataningrat
            Sultan Abdurrachman Pakunataningrat bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernah membantu Letnan Gubernur Jendral Raffles untuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam bahasa Melayu. Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Bahasa Kawi, dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.
Daftar Raja yang pernah memerintah di Sumenep
NO
NAMA
TEMPAT KERATON
TAHUN
KETERANGAN
1.
Aria Banyak Wedi
( Aria Wiraraja )
Batuputih
1269-1292
Otak pendiri Ker. Majapahit
2.
Ario Bangah              ( Wiraraja )
Banasare
1292-1301

3.
Ario Danurwendo
(Lembu Sarenggono)
Aeng Anyar
1301-1311

4.
Ario Assrapati

1311-1319

5.
Panembahan Joharsari
Bluto
1319-1331

6.
Panembahan Mandaraga
( R. Piturut )
Keles
1331-1339

7.
P. Bukabu Wotoprojo
Bukabu
1339-1348

8.
P. Baragung Notoningrat
Baragung
1348-1358

9.
R. Agung Rawit
( Secodiningrat I )
Banasare
1358-1366

10.
Tumenggung Gajah Pramono
( Secodiningrat II)
Banasare
1366-1386

11.
Panembahan Blongi
( Aryo Pulang Jiwo )
Bolingi / Poday
1386-1399

12.
Pangeran Adipoday
(Ario Baribin )
Nyamplong / Poday
1399-1415

13.
Pangeran Jokotole (P. Secodiningrat III)
Banasare
1415-1460
Pendiri Benteng Kalimo'okmelawan orang-orang Bali . Awang pendiri pintuGerbang Ker. Majapahit>
14.
R. Wigonando
(P. Secodiningrat IV)
Gapura
1460-1502

15.
P. Siding Purih
( P. Secodingrat V)
Parsanga
1502-1559
Patoh Takundur
16.
RT. Kanduruwan
Karang Sabu
1559-1562

17.
P. Wetan dan P Lor

1562-1567

18.
R. Keduk               (P. Keduk II )

1567-1574

19.
R. Rajasa                  ( P. Lor II )

1574-1589

20.
R. Abdullah              (P. Cokronegoro I)
Karang Toroy
1589-1626

21.
P. Anggadipa
Karang Toroy
1626-1644

22.
Tumenggung JaingPatih dari Sampang
Karang Toroy
1644-1648

23.
R. Bugan
( Tumenggung Yudonegoro )
Karang Toroy
1648-1672

24.
P.T. Pulang Jiwo dan P. Sepuh
Karang Toroy
1672-1678

25.
P. Romo
( P. Cokronegoro II )
Karang Toroy
1678-1709

26.
RT. Wiromenggolo    ( Purwonegoro )
Karang Toroy
1709-1721

27.
R. Ahmat alias P. Jimat
(
T. Aryo Cokronegoro III )
Karang Toroy
1721-1744

28.
R. Alza Alias P. Lolos
Karang Toroy
1744-1749
Lolos dalam penyergapan K. Lesap
29.
K. Lesap
Karang Toroy
1749-1750
Pimpinan sementara diserahkan T. Tirtonegoro
30.
R. Ayu Tirtonegoro
R. Rasmana & Bindara Saod
Pajagalan
1750-1762
Pemerintahan diserahkanpada suaminya
31.
Panembahan Sumolo Asiru
Pajagalan
1762-1811
Pendiri Masjid Jamik
32.
Sri Sultan Abdurrahman
( Pakunataningrat I )
Pajagalan
1811-1854
Kerajaan Sumenep
33.
Panembahan Moh. Saleh
( Notokusumo II )
Pajagalan
1854-1879

34.
P. Mangkudiningrat
( P. Pakunataningrat II
)
Pajagalan
1879-1901

35.
P. Ario Prataningkusumo
Pajagalan
1901-1926

36.
RP. Ario Prabuwinoto
Pajagalan
1926-1929


B.     Kabupaten Sumenep
      Sumenep (bahasa Madura: Songènèb) adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093,45 km² dan populasi 1.041.915 jiwa. Ibu kotanya ialah Kota Sumenep. Nama Songènèb sendiri dalam arti etimologinya merupakan Bahasa Kawi / Jawa Kuno yang jika diterjemaahkan mempunyai makna sebagai berikut : Kata “Sung” mempunyai arti sebuah relung/cekungan/lembah, dan kata “ènèb” yang berarti endapan yang tenang, maka jika diartikan lebih dalam lagi Songènèb / Songennep (dalam bahasa Madura) mempunyai arti "lembah/cekungan yang tenang".
      Penyebutan Kata Songènèb sendiri sebenarnya sudah popular semenjak Kerajaan Singhasari sudah berkuasa atas Jawa, Madura dan Sekitarnya, seperti yang telah disebutkan dalam kitab Pararaton tentang penyebutan daerah "Sumenep" pada saat sang Prabu Kertanegara mendinohaken (menyingkirkan) Arya Wiraraja (penasehat kerajaan dalam bidang politik dan pemerintahan) ke Wilayah Sumenep, Madura Timur tahun 1926 M '“Hanata Wongira, babatangira buyuting Nangka, Aran Banyak Wide, Sinungan Pasenggahan Arya Wiraraja, Arupa tan kandel denira, dinohaksen, kinun adipati ring Sungeneb, anger ing Madura wetan”.' Yang artinya “Adalah seorang hambanya, keturunan orang ketua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak dipercaya, dijauhkan disuruh menjadi adipati di Sumenep. Bertempat tinggal di Madura timur.”
Era Pra Kolonial
      Menurut Sumber-Sumber dari Cina, semenjak Pemerintahan Raja Airlangga, daerah Negara Madura dibagi menjadi dua daerah bagian, yaitu Madura Barat dan Madura Timur. Madura Barat, dikuasai oleh Kerajaan Widarba dengan Rajanya yaitu Bala Dewa, yang merupakan negara mertua Khrisna, sedangkan untuk Madura timur dikuasai oleh kerajaan Mandaraka dengan Rajanya Prabu Salya. Kerajaan Mandaraka tersebut terletak di Sumenep.
      Pada Era Kerajaan Singhasari, daerah Sumenep dipimpin oleh seorang Adipati yang juga menjadi dalang pembangunan Kerajaan Majapahit, yaitu Arya Wiraraja. Dituliskan dalam berbagai kitab dan prasasti, salah satunya dalam kitab pararaton, bahwa Arya Wiraraja tidak dipercaya lagi oleh Raja Wisnuwardhana dan dinohaken (dijauhkan) ke Sumenep, Madura timur tepat pada tanggal 31 Oktober 1269 Masehi. “Hanata Wongira, babatangira buyuting Nangka, Aran Banyak Wide, Sinungan Pasenggahan Arya Wiraraja, Arupa tan kandel denira, dinohaksen, kinun adipati ring Sungennep, anger ing madura wetan”.
Yang artinya: Adalah seorang hambanya, keturunan orang ketua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak dipercaya, dijauhkan disuruh menjadi adipati di Sumenep. Bertempat tinggal di Madura sebelah timur.

Era Kolonial
      Menurut buku "Tjareta Naghara Songenep", Pemerintahan Kompeni atau VOC datang ke wilayah Sumenep pada kurun pemerintahan Raden Bugan ( Kanjeng Pangeran Ario Yudanegara ) yang memerintah pada tahun 1648-1672, yang merupakan salah seorang sahabat dari Pangeran Trunojoyo. Setelah perjuangan Trunojoyo dapat dipatahkan oleh kompeni, maka Wilayah Pamekasan dan Sumenep kemudian takluk kepada kekuasaan Kompeni. Bahkan sepeninggal Kanjeng Tumenggung Ario Yudonegoro, Kompeni ikut campur menentukan tampuk pemerintahan di Sumenep.
      Pada tahun 1704 Pangeran Cakraningrat meninggal dan di Mataram terjadi peristiwa penandatanganan perjanjian antara Pangeran Puger dengan Kompeni, bahwa Kompeni mengakui kekuasaan Pangeran Puger yang saat itu sedang berselisih dengan Sunan Mas (Amangkurat III) atas Kesultanan Mataram di Plered. Sebaliknya Pangeran Puger berkewajiban menyerahkan sebagian dari tanah Jawa dan Madura bagian Timur kepada Kompeni. Dengan demikian untuk yang kedua kalinya Sumenep jatuh ke tangan Kompeni,hal tersebut terjadi dalam perjanjian antara Susunuhan Kerajaan Mataram dengan Kompeni pada tanggal pada tanggal 5 Oktober 1705. Adapun pernyataan tersebut ialah: "Paduka yang Mahamulia Susuhunan dengan ini menyerahkan secara syah kepada Kompeni untuk melindungi daerah-daerah Sumenep dan Pamekasan…. secara yang sama seperti dilakukan oleh Bupati yang terdahulu waktu menyerahkan daerahnya kepada Kompeni….”(Resink, 1984: 252). Pada saat perjanjian tersebut daerah Sumenep berada dibawah masa pemerintahan Panembahan Romo (Cokronegoro II).
      Pada masa pemerintahan Kanjeng R. Tumenggung Ario Cokronegoro IV (1744-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin Ke' Lesap dari Bangkalan. Pada saat itu Ke Lesap menggalang kekuatan rakyat yang sudah membenci pemerintahan Kompeni. Ia berjuang dari Timur dengan cara menguasai Keraton Sumenep. Ke Lesap memerintah Sumenep hanya dalam waktu 1 tahun yaitu tahun 1749-1750. Pemerintahan berikutnya dipegang oleh Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtonegoro (1750-1762) keturunan dari Kanjeng Pangeran Ario Yudanegara yang kemudian menikah dengan seorang ulama bernama Bendoro Saud. Beliau kemudian oleh Kompeni dinobatkan sebagai Adipati Sumenep dengan gelarnya Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro.
      Raden Asirudin adalah Adipati Sumenep XXXI. Beliau adalah putra Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro dan Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtonegoro, atas permintaan kedua orangtuanya, beliau oleh Kompeni dikabulkan dan diangkat menjadi Adipati Sumenep menggantikan ayahnya. Beliau memerintah pada tahun 1762-1811 dengan gelar Pangeran Natakusuma I kemudian berganti menjadi Tumenggung Ario Notokusumo dan kemudian dikenal dengan sebutan Panembahan Somala beliau juga dikenal dengan Sultan Sumenep I. Selain itu beliau juga pendiri Keraton Sumenep, Masjid Jamik Sumenep dan Asta Tinggi. Selanjutnya setelah beliau mangkat, yang menggantikannya adalah putranya yang bernama Kanjeng Pangeran Ario Kusumadiningrat namun setelah beberapa bulan menjadi Adipati kemudian beliau dipindah ke Pasuruan oleh Pemerintah Hindia-Belanda dan sebagai penggantinya adalah Kanjeng R. Tumenggung Abdurraman Tirtadiningrat (saudara Kanjeng Pangeran Ario Kusumadiningrat) kemudian dinaikkan tahtanya menjadi Panembahan Natakusuma II dan selanjutnya dinaikan lagi tahtanya menjadi Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I.
      Selama Sumenep jatuh kedalam wilayah pemerintahan VOC sampai pemerintahan Kolonial Belanda, Wilayah Sumenep tidak diperintah secara langsung, dan hal ini tentunya berbeda dengan wilayah lainnya di wilayah Hindia-Belanda, Para Penguasa Sumenep diberi kebebasan dalam memerintah wilayahnya namun tetap dalam ikatan-ikatan kontrak yang telah ditetapkan oleh Kolonial Kala itu. Selanjutnya pada tahun 1883, Pemerintah Hindia Belanda mulai menghapus sistem sebelumnya (keswaprajaan), Kerajaan-kerajaan di Madura termasuk di Sumenep dikelola langsung oleh Nederland Indische Regening.
      Pada saat periode pemerintahan Kanjeng Pangeran Ario Pakunataningrat II yang memerintah pada tahun 1879-1901 pemerintahan kolonial mulai membangun berbagai fasilitas-fasilitas di Sumenep seiring dengan di berlakukannya politik etis pada saat itu, maka Pemerintah Hindia - Belanda di Sumenep, membangun beberapa fasilitas, di antaranya :
a.       Pembangunan DAM/Irigasi di Sungai Kebon Agung
b.      Pembangunan HIS Soemenep
c.       Pembangunan fasilitas transportasi (kereta api Madura,ghaladak rantai) di Kali Marengan
d.      Pembangunan Pabrik Garam Briket Modern di Kecamatan Kalianget.

Julukan dan semboyan
     Sumenep memiliki semboyan "Sumekar", akronim dari "Sumenep Karaton", karena semenjak dahulu wilayah ini terdapat puluhan Keraton/Istana sebagai pusat pemerintahan sang Adipati. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Sumenep mempunyai brand image "Sumenep The Heart Purity", julukan tersebut didasarkan pada tingkah pola masyarakatnya yang selalu menjunjung tinggi tata krama serta keramahan kepada setiap tamunya maupun kondisi geografis alamnya yang selalu memberikan keramahan dan kenyamanan bagi setiap wisatawan. Kota Sumenep juga dikenal dengan sebutan Bumi Sumekar, selain itu beberapa pulau di Sumenep juga ada julukannya tersendiri, semisal Kepulauan Kapajang untuk gabungan dari nama Pulau Kangean, Paleat, dan Sepanjang, karena dipulau-pulau inilah taman-taman laut berupa terumbu karang dan kehidupan laut lainnya berkembang layaknya taman nasional Bunaken.
     Selain itu Pulau Kangean juga lebih dikenal dengan sebutan Pulau Cukir, karena di wilayah inilah fauna khas Sumenep berupa Ayam bekisar banyak dikembangkan. Sekarang hewan unggas ini menjadi maskot Sumenep dan juga Provinsi Jawa Timur.

Luas Wilayah
     Luas Wilayah Kabupaten Sumenep adalah 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km² , perkebunan/tegalan/semak belukar/ladang seluas 1.130,190914 km² , kolam/ pertambakan/air payau/danau/waduk/rawa seluas 59,07 km² , dan lain-lainnya seluas 63,413086 km² . Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas + 50.000 km² .

Pariwisata
     Pariwisata merupakan salah satu potensi unggulan di Kabupaten Sumenep. Ada beberapa jenis potensi wisata, yang dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Museum Keraton Sumenep merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah daerah Sumenep yang didalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan Lingga yang ditemukan di Kecamatan Dungkek. Didalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya di Indonesia. Masjid Jamik Sumenep tahun 1890-1917.
2.      Keraton Sumenep merupakan peninggalan pusaka Sumenep yang dibangun oleh Raja/Adipati Sumenep XXXI, Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat dan diperluas oleh keturunannya yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat berada di depan Museum Karaton Sumenep,
3.      Masjid Jamik Sumenep merupakan bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan tionghoa "law pia ngho"
4.      Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota Sumenep, disini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep,
5.      Rumah Adat Tradisional Madura Tanean Lanjhang , bisa ditemui di beberapa daerah menuju pantai lombang maupun menuju pantai slopeng,
6.      Benteng VOC Kalimo'ok di Kalianget.

Wisata Religi/Ziarah
1.      Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja/ Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah beliau memimpin pemerintah Sumenep    pada saat itu.
2.      Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep merupakan kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644        M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.

3.      Asta Yusuf merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada            tahun 1212 hijriah (1791)
4.      Asta Katandur merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah satu tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber, Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi    kerapan sapi
5.      Makam Pangeran Panembahan Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk Agama islam di Bluto,

Wisata Alam
                        Hutan Cemara udang di sepanjang bibir Pantai Utara Sumenep                                sepanjang 30 km, menambah suasana indahnya Bumi Sumekar
1.      Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang.
2.      Pantai Slopeng adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol,
3.      Pantai Ponjug di Pulau Talango,
4.      Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih,
5.      Taman Air Kiermata di Kecamatan Saronggi,
6.      Goa Jeruk Asta Tinggi Sumenep,
7.      Goa Kuning di Kecamatan Kangean,
8.      Goa Payudan di Kecamatan Guluk-Guluk



Seni Tari
1.      Tari Moang Sangkal
2.      Tari Codi' Somekkar
3.      Tari Gambu
                        Seni Musik
1.      Musik Saronen
2.      Musik Tong-tong
3.      Musik gambus
Seni Kriya
1.      Batik Tulis Sumenep , sentra batik tulis di Sumenep terdapat di desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto,
2.      Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
3.      Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
4.      Sentra Pembuatan Topeng Madura


                        Budaya
1.      Mamaca
2.      Mamapar gigi
3.      Kalenengan Karaton
4.      Tandha'Tan-pangantanan
5.      Ojhung
6.      Topeng dhalang
7.      Lodrok
8.      Sape Sono'
9.      Karapan Sapi
10.  Upacara Adat Nyadar
11.  Upacara Adat Penganten Ngekak Sangger

Makanan dan Minuman Khas
1.      Rujak Cingur Sumenep
2.      Kaldu Kokot
3.      Kalsot (kaldu soto)
4.      Lontong Campor
5.      Apen Parsanga
6.      Soto Madura
7.      Sate Madura
8.      Man reman
9.      Macho
10.  Pattola
11.  Mento
12.  Nasi Jagung Kuah Maronggi ( daun kelor )
13.  Kripik Singkong
14.  Jubada
15.  Rengginang Lorjuk
16.  Pokak Saripah

Event Wisata
1.      Semalam di Karaton
2.      Prosesi Pelantikan Arya Wiraraja
3.      Karapan Sapi
4.      Tellasan Topak

                        Maskot

                                    Fauna Identitas Kabupaten Sumenep adalah Ayam bekisar yang                  berasal dari  Pulau Kangean. Fauna ini tak hanya menjadi identitas                                daerah Sumenep namun juga menjadi identitas Provinsi Jawa Timur.               Selain mempunyai fauna khas, Sumenep juga mempunyai flora khas                        yaitu Pohon Cemara Udang yang tumbuh subur di lokasi wisata Pantai                   Lombang. Saat ini pohon cemara udang termasuk salah satu flora yang                         dilindungi oleh UU dan Perda Kabupten Sumenep.

 

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                        Sumenep adalah nama salah satu Kabupaten diujung paling timur Pulau Madura, yang konon katanya merupakan Kadipaten berpangaruh atas lahirnya Kerajaan Majapahit dahulu. Berdirinya Kabupaten ini tak luput dari peran tokoh zaman kerajaan yang bijaksana dan pintar yakni “Arya Wiraraja”. Dalam tulisan kali ini, Warta Giligenting mencoba mengingatkan akan sejarah Sumenep dilihat dari asal usul nama “Sumenep”.
                        Dari kabar yang berkembang di kalangan masyarakat Kabupaten Sumenep, soal asal usul nama Sumenep masih terdapat perbedaan dalam memaknainya. Misalnya kalangan kelompok terpelajar dan tinggal di sekitar pusat kabupaten Sumenep, umumnya menyebut dengan kata Sumenep. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebutnya dengan kata “Songennep”. Namun dari sumber Pararaton disebutkan kata Songennep dikenal atau lahir lebih awal daripada sebutan Sumenep.
                        Pararaton menyebutkan sejumlah bukti antara lain sebutan Songennep lebih banyak dipakai atau dikenal oleh sebagian besar penduduk kabupaten Sumenep. Kemudian, pengarang buku sejarah dari Madura R. Werdisastro menggunakan istilah Songennep dalam bukunya berjudul “Babad Songennep”. Sementara sebutan Songennep kurang populer di masyarakat pedesaan Sumenep, (80% dari jumlah penduduk kabupaten Sumenep tinggal di desa).

B.     Saran
            Karena keterbatasan  informasi dan pengetahuan tentang Sejarah kerajaan sumenep, ditambah lagi dengan sejarah kabupaten sumenep, mengakibatkan terdapat sedikit kesulitan orang-orang sumenep sendiri tidak tahu tentang sejarahnya kerajaan sumenep menjadi kabupaten sumenep. Tetapi karena keterbatasan itulah saya termotivasi untuk mengetahui tentang sejarah sumenep di dalam makalah tersebut. 

About